Tulisan dalam botol

Sudah hampir empat jam matahari tertutup awan hitam. Selang beberapa menit setelah kata pertama tulisan ini, titik titik air memenuhi kaca jendela berbingkai coklat di sampingku. Angin menderu- deru, beradu dengan bunyi tetesan yang ribut. Hujan cukup deras.

Setiap hujan datang, pikiranku bagai proyektor film yang memutar berbagai hal tentang dirimu. 
Perasaan nyeri dalam dada, bagai gemuruh yang tak kunjung pergi. 
Tidak pergi, walaupun nantinya hujan akan reda. 

Setiap hujan datang, aku selalu berharap-entah itu adalah sebuah pengharapan atau bukan, hingga dua hari yang lalu ku tuliskan pada selembar kertas lusuh, ku masukkan dalam botol, lalu ku buang ke laut. 

Aku berharap tak pernah bertemu denganmu. 
supaya aku tak perlu menginginkanmu, memikirkanmu dalam pikiranku. 
supaya aku tak mencarimu setiap kali aku rindu.
supaya aku tak punya alasan untuk mencintaimu. lalu terpuruk ketika akhirnya kau meninggalkanku. 
namun...
jika aku tak pernah bertemu denganmu. 
mungkin, aku tak akan pernah tahu seperti apa rasanya benar- benar berdua saja denganmu. 
menikmati waktu yang bergulir tanpa terasa. 
menghabiskan hari- hari bersama tanpa peduli hal lainnya.
aku juga tak mungkin bisa tahu seperti apa rasanya sungguh- sungguh menyayangi dan disayangi sosok seindah senja seperti dirimu. 

---untuk lelaki pengisi "Hesperos"