Senja yang pergi

Senja,
apa yang lebih menyakitkan?
tidak bisa bertegur sapa denganmu lagi,
tidak bisa bertemu denganmu lagi,
atau menyadari bahwa aku telah kehilangan dirimu karena kesalahanku sendiri.

Senja,
aku merindukanmu,
sangat merindukanmu,
pikiranku selalu penuh tentang dirimu,
bahkan aku masih disini,
tidak sedikitpun ingin melangkah pergi.

Namun, semua sudah terlambat bukan?
sebesar apapun penyesalanku,
sebesar apapun hal yang sudah ku perbaiki,
sebesar apapun yang sudah kita miliki,
sebesar apapun hatiku untuk menunggu,
kau tidak akan kembali.


-Kamar bintang
tiga kaleng bir dan langit gelap yang menangis.

Kisah 4 Musim

Aku tertegun melihat dua lembar tiket bioskop yang kutemukan dibalik halaman novel yang sudah jarang ku baca. Tiket itu sudah lusuh, tulisannya saja sudah memudar. Aku masih ingat menonton film horror The Conjuring 2 pada pertengahan ujian beberapa semester lalu. Karena film itu akhirnya menjadi alasanku dan dia untuk keluar setelah beberapa hari memutuskan untuk tetap tinggal di apartemen. Setidaknya kami keluar untuk berkencan meskipun berhari-hari selalu bersama.

Tiket itu masih berada dalam genggamanku. Betapa hebatnya benda sekecil ini mampu membawa ingatanku kembali pada saat awal aku dan dia bertemu, hingga kini.

Awal musim semi, kami bertemu.
dia begitu menawan tentunya, dengan senyum dan mata coklatnya itu.
mulai ku tulis puisi dan prosa romantis dalam buku kecilku.
saling bertukar pesan hingga aku tertidur menunggu balasan selanjutnya.
meminta padaku untuk menemani malamnya dengan bernyanyi.
ciuman pertama yang membuat sekujur tubuhku gemetar.
kata-kata sayang yang kadang membuat kami tertawa, karena memang kami bukan dua orang yang suka dikelilingi oleh roman picisan dan bukan pengumbar kemesraan. hanya di dalam ruang privasi kami bebas melakukan apa saja yang kami inginkan. tanpa ada orang yang mengetahui.
pernah beberapa kali dia mengoceh dalam tidurnya memanggilku dan mengatakan perasaannya hingga memelukku untuk tetap berada disampingnya.
hatiku berbunga-bunga.
perutku bergolak seperti sejuta kupu-kupu bertebangan didalamnya.

Menghabiskan waktu bersama dengan dia di musim panas adalah hal yang terbaik dalam hidupku.
hanya berdua.
melewatkan waktu berhari-hari .
menonton tayangan televisi yang membosankan diatas sofa hitam.
mengobrol sepanjang malam hingga terbangun di siang hari.
berdansa dibawah shower dengan alunan musik jazz dan keroncong kesukaan kami.
dia enggan bangun dari ranjang, menyeretku untuk tetap tidur disampingnya.
kami sangat menikmati setiap malam yang ada. selalu mampu membuatku kehilangan kemampuanku berbicara, bahkan terlalu malu untuk menatapnya terang-terangan. disaat mata sensual itu terlihat menginginkanku sebesar aku menginginkan dia. bibir itu kerap kali membuatku semakin menyukainya, juga rasanya ketika dicecap dengan ujung lidah.
bersama dirinya adalah fantasi yang selama ini aku pikir hanya berakhir di kepala saja, namun dia disini, dia nyata.
rasanya hanya ada kami berdua di dunia ini. membuat kenangan indah bersama.
untuk pertama kalinya, aku jatuh cinta.

Udara musim gugur membuatku merindukan dia. sudah dua bulan sejak dia pulang ke kota asal dan aku menunggunya disini. hanya bertukar pesan lewat virtual, namun kami tetap menanti hari dimana akan bertemu kembali.
dia selalu mengirim foto dirinya untukku, juga foto suasana kota asalnya. pantai yang dia sukai, cantiknya pemandangan dari villa miliknya, dan banyak hal lainnya yang dia kirim agar aku selalu tahu apa yang dia lewatkan setiap hari saat jauh dariku.
kami saling merindukan.
dan mulai saling menyakiti.
pertengkaran pertama yang akhirnya membuat kami gagal bertemu.
tentu aku menyesal karena menyulut kemarahannya.
hingga pertengkaran itu mereda bersama waktu kami bertemu kembali di kota tempat kami sudah menghabiskan waktu bersama.
dia kembali.
bahagia sekali aku bertemu dengannya, kami bersama seperti sedia kala.
ah, hangat sekali peluknya.
aku sangat merindukannya.

Hubungan terbangun oleh dua orang yang mampu bekerja sama dengan baik.
dengan bekerja sama timbulah kompromi lalu hubungan menjadi dewasa.
seharusnya masalah membuat kami saling mengerti satu sama lain, namun tidak ku sangka ternyata membuat kami menjauh.
mungkin aku sudah tidak mampu lagi, atau mungkin dia juga tidak mampu.
mungkin kami sudah lelah dengan pertengkaran yang kerap kali terjadi.
kadang dia bersikap lembut, kadang dia bersikap keras tak menentu. 
lalu, aku membuat kesalahan besar hingga dia sakit hati.
melanggar janji yang pernah kami buat pertama kali. 
merubah seseorang yang hangat, menjadi seseorang yang dingin.
merubah senyumnya yang tulus, menjadi senyuman penuh paksa.
merubah segala yang indah, menjadi kelam.
ucapan manisnya, menjadi ucapan yang kasar dan menyakitkan.
aku merengkuh dalam penyesalan. mencoba segala cara untuk meraihnya kembali.
namun hanya makian yang kudapat. seperti biasa, dia tetap menyalahkanku atas semua hal yang sudah terjadi.
aku selalu pulang membawa harapan kosong.
kenangan indah seperti tak ada harganya, terhapus oleh kemarahan juga kebencian yang ada di matanya. senja itu menghilang.
tepat di musim dingin, dia melangkah pergi.


-Tertanda
Kopi susu dan pesan yang tak pernah terbalas.