Sebuah Fantasi

Mungkin malam itu adalah malam terpanas yang pernah ada,

pulau dewata dengan segala keindahan yang menggoda,

hingar bingar cahaya, riuh suara musik, dan hentakan tubuh yang menyatu dalam setiap nada.

Sebotol whisky dan sebuah tatapan yang tersirat,

kedua manusia itu akhirnya bertemu dalam setiap tegukan hasrat. 

Sang Pria mengambil ruang di sebelahnya, 

Sang Wanita meraba sisi tubuh dari balik kainnya. 

Tubuh mereka berdekatan tak kuasa menahan rasa.

Di antara pengar dan sadar mereka menjauhkan diri dari keramaian, 

hilang menuju pelukan, 

tenggelam dalam rangkaian cumbuan, 

ah, malam singkat yang penuh desahan. 

Sebuah khalayan kini menjelma utuh. 

Tidak ada lagi sendirian berpeluk. 

Kini bebas berteriak memanggil namanya, 

sebuah janji berikrar di antara keduanya. 

Sang Pria kian menghilang meninggalkan kenangan, 

Sang Wanita terus menyimpan kenangan. 


🎶 Wildest Dream by Taylor Swift


- halusinasi 2023

Bahtera Palsu

Aku tidak tahu kapan hidupku berubah menjadi seperti ini. Dari dulu aku berusaha menjadi orang yang hebat dan lebih baik dari orang lain, namun pada akhirnya aku hanya merasa cukup atau tidak pernah lebih baik dari orang lain. Mungkin rasa tamak dan egois yang aku punya ada batasnya, hingga aku mencoba bermain api pada hal yang tidak sepantasnya. 

Aku ingat pada musim semi beberapa tahun yang lalu pertama kalinya membuat janji temu dengan seorang pria yang usianya di akhir 40. Tingginya hanya 2-3cm dariku, tubuh yang berisi, kepala plontos dengan polo shirt berwarna gelap. Jujur saja, terlihat sangat biasa dan tak menarik di mataku kecuali sepatu boots yang dia kenakan. Gaya bicaranya tidak cocok dengan penampilannya yang garang, suaranya terdengar lembut dan cukup melengking. Kadang terdengar senewen namun hal-hal yang dia bicarakan memperlihatkan bahwa dia orang yang cerdas. 

Awalnya semua terlihat menghibur. Gombalan dan godaan mulai menyelip diantara percakapan kami. 

"Aku tahu kamu punya selera musik yang tinggi, cukup membuatku terkejut. Itu keren!" 

Ah, kata-kata itu...

"Dari semua wanita yang aku kenal, kamu sangat pintar! Aku menyukainya" 

Ya...kata-kata seperti itu...

"Kamu benar-benar luar biasa! Aku tidak akan pernah menemukan orang seperti kamu dalam hidupku" 

Aku hanya tertawa kecil, sesekali tersenyum manis menanggapi ucapannya. Sebuah ego dan kebanggaan menempatkanku pada sebuah jebakan yang indah seolah-olah aku percaya pada segala bujuk dan rayunya. 

"Aku tidak akan pernah melepaskan kamu" 

Hari demi hari aku habiskan separuh waktu untuk pria itu. Kehidupan bersamanya berbeda, kami seperti saling menemukan satu sama lain. Aku semakin terbuai dalam mimpi serta ambisinya, seperti menumpuk daftar keinginan untuk melampaui dunia tanpa batas apapun. Aku merasa menjadi diriku sendiri, bergerak maju dengan kaki dan tekad yang aku miliki. Dia membantu memberi sedikit dorongan hingga aku mampu berjalan tanpa ragu.

Pada awalnya semua terasa menyenangkan hingga kemudian menyesakkan. Entah sejak kapan dia begitu menuntut dan menyalahkan aku atas segala kemalangan yang terjadi pada dirinya. Iya, kadang kehidupan begitu menyedihkan untuk seorang pria yang egonya telah hancur. Namun di titik inilah seoarang pria akan meninggalkan hal yang sudah sepantasnya dia korbankan. 

"Kau berbahaya untukku" 

Ah, lihat ucapannya sangat berbeda dengan waktu itu. 

"Seharusnya ini semua tidak terjadi. Pergilah!"

Ya, aku sudah tahu dari awal bahwa tidak ada keberuntungan dalam hal seperti ini. Keserakahan telah memenuhi pikiranku sehingga aku berani bertahan selama ini. Demi apa aku melakukan ini ? Kebanggaan ? Keinginan lebih baik dari orang lain ? Tidak, aku sangat buruk! Sangat buruk sehingga tanpa sadar aku mencari validasi dalam kehangatan palsu. 

"Aku harus kembali pada keluargaku" 

Benar, aku tahu persis dia akan mengatakan itu. Saat aku mulai memberikan kepercayaan dan harapan disitu pula aku mendapat kekecewaan. Tidak akan ada hal baik dalam permainan ini. Tak peduli seberapa luar biasa dan hebatnya aku untuk seseorang, aku tidak akan pernah menjadi yang terpilih. 

- slice of life