4 tahun berlalu....
Keadaan mulai membaik sekarang. Namun, Ricky tidak bisa kulupakan. Kami sudah 4 tahun ini tidak lagi menjalin kontak. Sekedar menanyakan kabarpun tidak pernah.
Awalnya memang begitu, pada akhirnya penyesalan datang. Keterlambatan atas semua kesalahpahaman dan kebenaran membuat hati ini pilu. Amplop coklat yang kupegang ini kuterima tadi pagi saat sedang sarapan. Tertulis dari pengacara Dad di Indonesia yang sudah lama tak kujumpai.
Pertanyaan yang selama ini menumpuk di pikiranku terjawab sudah dalam surat itu. Aku bukan anak Dad, bukan juga anak Mom. Ibu kandungku meninggal ketika aku lahir. Aku adalah anak dari cinta pertama Dad sebelum bertemu dengan Mom. Hubungan Dad dengan wanita itu berakhir ketika Dad dijodohkan dengan seorang wanita muda yang sederajat dengannya yang tak lain adalah Mom.
Mereka berpisah dan tak pernah bertemu lagi. Setelah berpisah dengan Dad, wanita itu menikahi seorang pemabuk yang akhirnya mengahasilkan buah hati mereka yaitu aku. Ironisnya, Ayah kandungku itu kemudian pergi meninggalkan istrinya dalam keadaan hamil.
Ketika aku lahir, seseorang menghubungi Dad untuk berkabung. Ibu kandungku meninggal dan aku sendiri. Rasa cinta Dad masih belum sirna, akhirnya Dad mengambilku dan diangkat menjadi anaknya.
Kini aku tau kenapa Mom tidak pernah menyukaiku. Akupun tau kenapa aku dan Ricky saling bisa saling menyukai. Kami bukan sedarah. Kami bukan saudara. Aku hanyalah orang asing didalam keluarga ini.
Alasan kenapa kebenaran ini baru terungkap sekarang aku tidak tau. Kini, apa aku boleh egois? Apa boleh aku kembali dan merebut milikku yang dulu? Merebut Ricky dari gadis jalang itu?.
Aku cepat-cepat mengahapus pikiran jahat itu. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan. Cintaku dan cintanya sudah berlalu. Toh, sekarang kami sudah tidak bertemu lagi. Aku memutuskan tidak akan kembali.
Sungai Siene di sore ini sangat indah. Duduk di tepi sungai ini selalu menjadi favoritku ketika pikiranku menumpuk. Tempat untuk aku menyendiri.
Aku mendengar seseorang memanggilku. Suara yang tak pernah asing ditelingaku. Suara yang kurindukan setelah sekian lama. Seseorang yang membuat nama kecil untukku. Seseorang yang hanya boleh memanggilku seperti itu. Dia...
“Nata”
Aku membalikkan tubuhku dan terkejut melihat seorang laki-laki berambut hitam dengan wajah kusut memandangku begitu dalam. Laki-laki yang selalu kurindukan setiap saat.
“Ricky..” ucapku lirih
“Aku mencarimu kemana mana, sudah lama kita nggak bertemu tapi kamu bikin aku lari-lari seperti ini”
Aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat. Ricky dia kemari jauh-jauh untuk mencariku.
“Kamu sudah baca surat itu? setelah kamu pergi aku tidak jadi menikah dengan Jane. Aku membatalkan semuanya. Tentu saja Mom marah, kecewa sama aku. Mom kembali ke Ausie tanpa pamit sama aku. Selama empat tahun ini, aku mencari kebenaran apa kamu adikku atau bukan. Butuh waktu lama yaa” jelasnya panjang lebar
“Aku nggak berani menghubungi kamu. Aku nggak mau ganggu sekolahmu. Kamu mau maafin aku, Nata?”
Dia mendekatiku lalu memeluk erat tubuhku. Aku rindu pelukannya. Aku rindu semua tentang Ricky.
“Aku nggak mau kita berpisah lagi,Nata. Sekarang nggak ada yang bisa menghalangi kita untuk bersama”
Airmataku jatuh dalam dekapannya.”Aku rindu padamu”
“Aku lebih merindukanmu,Nata”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar