Ijinkan aku memanggilmu sayang lagi.
Sudah lama kita tidak bertemu. Begitu banyak cerita yang ingin ku sampaikan padamu.
Tentu saja, jika kau bersedia bertemu denganku lagi.
Tentu saja, jika kau bersedia bertemu denganku lagi.
Aku mengikuti kabarmu diluar sana. Kau tetap sehat. dan sepertinya, bahagia.
Selalu ku doakan yang terbaik untukmu.
Meskipun aku tahu semakin sering mendoakanmu, semakin rasanya aku hancur sedikit demi sedikit. Namun kau salah satu alasanku untuk hidup, sayang.
Meskipun aku tahu semakin sering mendoakanmu, semakin rasanya aku hancur sedikit demi sedikit. Namun kau salah satu alasanku untuk hidup, sayang.
Kau alasanku mampu bertahan dalam hidupku yang telah kacau balau selama bertahun- tahun.
Kau alasanku untuk berharap kembali, untuk yakin kembali, dan berdoa kembali.
Aku akui, hidupku kini tidak jauh beda setelah kau meninggalkanku di musim yang dingin itu. bahkan, lebih berantakan dari yang kau kira.
Mungkin sekarang kau sedang asyik menikmati kehidupan yang baru tanpa diriku. menertawai sikap bodohku yang masih saja mengharapkan dirimu, bagimu aku tak pantas untuk mendapatkan kesempatan kembali.
Kau benar, aku ini gagal. gagal menjagamu. terlalu ceroboh dan terlalu banyak kekurangan. Sudah sepantasnya tidak berani bermimpi tinggi untuk bersama denganmu.
Kau tidak suka perempuan yang gagal memenuhi ekspektasimu, semua harus sesuai dengan kesempurnaanmu. yang gagal lebih baik menyerah. tidak ada gunanya berharap lebih.
Tapi sayangku, aku tidak mudah untuk menyerah. aku ini bersungguh- sungguh ingin memperbaiki apapun itu yang bagimu salah dari diriku. aku bersedia melakukan apa saja agar kau bahagia denganku. karena aku sudah menetapkan pilihan. dan bertahan dengan pilihan yang aku pilih.
Seperti kata Seno Gumira Ajidarma,
aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun berapa lama pun selama aku mencintainya.
sekali lagi, kau tertawa membaca ini.
betapa bodohnya aku, katamu.
Kau ini laki-laki yang gemar menciptakan ironi. kita mampu lebih dari ini, tapi kau sayang, kau tetap menolaknya. kau menyerah untuk dapat menghukumku. supaya senang melihatku sakit, bahkan lebih sakit dari apa yang kau rasakan.
Mengapa harus saling menyakiti, jika mampu saling membahagiakan?.
kau tidak mau tahu itu, kau menyerah.
Kata- katamu yang penuh keangkuhan akhirnya memilih untuk mengunci diri dengan sumpah mengatas namakan Tuhan untuk tidak akan kembali padaku.
Tepat setelah kalimat itu kau ucapkan didepanku, aku menyadari satu hal, sayang...
Selama ini tidak pernah ada aku di masa depanmu.
akhir pesan,
aku mencintaimu.
--Untuk lelaki pecinta sunyi dan secangkir kopi hitam.
--Dari perempuan pecinta senja dan secangkir teh manis.
Aku akui, hidupku kini tidak jauh beda setelah kau meninggalkanku di musim yang dingin itu. bahkan, lebih berantakan dari yang kau kira.
Mungkin sekarang kau sedang asyik menikmati kehidupan yang baru tanpa diriku. menertawai sikap bodohku yang masih saja mengharapkan dirimu, bagimu aku tak pantas untuk mendapatkan kesempatan kembali.
Kau benar, aku ini gagal. gagal menjagamu. terlalu ceroboh dan terlalu banyak kekurangan. Sudah sepantasnya tidak berani bermimpi tinggi untuk bersama denganmu.
Kau tidak suka perempuan yang gagal memenuhi ekspektasimu, semua harus sesuai dengan kesempurnaanmu. yang gagal lebih baik menyerah. tidak ada gunanya berharap lebih.
Tapi sayangku, aku tidak mudah untuk menyerah. aku ini bersungguh- sungguh ingin memperbaiki apapun itu yang bagimu salah dari diriku. aku bersedia melakukan apa saja agar kau bahagia denganku. karena aku sudah menetapkan pilihan. dan bertahan dengan pilihan yang aku pilih.
Seperti kata Seno Gumira Ajidarma,
aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun berapa lama pun selama aku mencintainya.
sekali lagi, kau tertawa membaca ini.
betapa bodohnya aku, katamu.
Kau ini laki-laki yang gemar menciptakan ironi. kita mampu lebih dari ini, tapi kau sayang, kau tetap menolaknya. kau menyerah untuk dapat menghukumku. supaya senang melihatku sakit, bahkan lebih sakit dari apa yang kau rasakan.
Mengapa harus saling menyakiti, jika mampu saling membahagiakan?.
kau tidak mau tahu itu, kau menyerah.
Kata- katamu yang penuh keangkuhan akhirnya memilih untuk mengunci diri dengan sumpah mengatas namakan Tuhan untuk tidak akan kembali padaku.
Tepat setelah kalimat itu kau ucapkan didepanku, aku menyadari satu hal, sayang...
Selama ini tidak pernah ada aku di masa depanmu.
akhir pesan,
aku mencintaimu.
--Untuk lelaki pecinta sunyi dan secangkir kopi hitam.
--Dari perempuan pecinta senja dan secangkir teh manis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar